DATA PENGUNJUNG

Website counter

MISKONSEPSI

Setiap manusia berpikir, begitulah alaminya seorang manusia sampai - sampai ada seorang filsuf Prancis yang bernama Rene Descartes mengatakan "cogito ergo sum" yang berarti "Aku berpikir maka aku ada".
Proses berpikir adalah hal yang lumrah, alami, dan normal. Cara berpikir seseorang menentukan bagaimana jadinya orang tersebut, orang yang berpikir besar maka akan menjadi 'besar' orang yang berpikir sempit maka hanya akan menjadi orang yang 'kerdil'....(baca selanjutnya)

MENYIKAPI ANAK KRITIS
Anak yang banyak bertanya menandakan kritis, cerdas, dan kreatif. Tapi banyak orang yang tak sabar, lalu bagaimanakah dengan Anda?

Hari Rabu pagi saya mengajar IPA di kelas 4 tentang energi. Seperti biasanya, setelah diberi arahan tentang yang akan dipelajari, saya biasa menugaskan siswa untuk membaca terlebih dahulu. Sepuluh menit berlalu, tiba – tiba siswa mulai ada yang bertanya “Pak Guru, listrik terbuat dari apa?”, mendapat pertanyaan demikian tentu saja saya berpikir cukup keras untuk mencari jawaban. Karena tidak mungkin saya jawab dengan teori listrik maka saya arahkan siswa dengan tanya jawab tentang dinamo sepeda. Akhirnya siswa yang bertanya tadi pun diam, seolah seperti sudah terpenuhi jawabannya.

Ternyata perkiraan saya salah...baca selanjutnya

Jumat, 19 Agustus 2011



Kecil-Kecil Sudah Berkacamata




Kacamata seringkali melekat kepada gambaran seorang cendekiawan, kutu
buku, dan bahkan seorang ilmuwan . Tetapi, bagaimana jika yang memakai anak – anak kecil seperti anak usia Sekolah Dasar?

Ketika saya menjadi guru di SDN Tritih Wetan Jeruklegi Cilacap pada tahun 2008, disana saya banyak menjumpai anak – anak yang berkacamata mulai dari kelas 2 hingga kelas 6. Saya tertarik dengan anak – anak bekacamata ini, dan ingin tahu apakah penglihatan mereka kurang baik karena faktor keturunan atau kebiasaan?
Setelah saya pelajari anak – anak berkacamata ini, saya dapati bahwa orang tua mereka sebagian besar tidak berkacamata dan sebagian kecil saja yang berkaca mata.

FAKTOR KETURUNAN DAN LINGKUNGAN
Seperti yang dikatakan Dr. Setiowati Suhardjono Spm dari Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, "Pada beberapa kasus ditemui kelainan mata pada anak sudah terjadi sejak lahir." Kelainan yang tampak sejak lahir ini disebut kelainan kongenital. Penyebabnya macam-macam, antara lain kelainan kromosom, infeksi intra-uterin (dalam kandungan), dan sebab-sebab lain yang tak diketahui.
Akibat kelainan kongenital, anak dapat mengalami gangguan refraksi, yaitu kelainan pada kornea untuk memfokuskan cahaya, seperti rabun jauh dan dekat, juling, atau malah mengakibatkan penglihatan tak dapat sama sekali alias buta. "Para balita yang berkacamata biasanya disebabkan ada kelainan refraksi pada penglihatannya sehingga untuk menyembuhkannya atau mengembalikan refraksinya ke arah normal diperlukan bantuan kacamata," (Kompas.com http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/18/11072762/Jika.Anak.Balita.Harus.Berkacamata)
Hal senada tentang faktor penyebab kelainan pada mata juga disampaikan oleh Dr. Gusti G Suardana, SpM dari Jakarta Eye Center, bahwa penyebab anak berkacamata ada dua
yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan. Bila kedua orangtua menggunakan koreksi kacamata, maka besar kemungkinan anaknya akan menggunakan kacamata juga. Namun apabila hanya salah satu orangtua yang menggunakan kacamata, peluang ini akan lebih sedikit. Lantas, bagaimana jika kedua orangtua si anak tidak memakai kacamata? Jawabnya, tetap saja ada peluang bagi anak memakai kacamata. Artinya, ini bukan lagi karena faktor turunan, melainkan faktor lingkungan. (Okezone.com http://lifestyle.okezone.com/read/2011/01/20/195/416226/kecil-kecil-kok-sudah-berkacamata)

A. Faktor Genetik
Faktor genetik sangat berpengaruh. Kelainan yang disebabkan genetik bisa berasal dari orang tua ataupun Kakek. Orangtua yang memiliki bola mata besar kemungkinan anaknya juga mempunyai bola mata besar, sedangkan orang tua yang memiliki bola mata kecil kemungkinan besar anaknya juga seperti itu. Dengan kata lain bila orang tua berkaca mata maka anaknya lebih berpotensi untuk berkacamata bila dibandingkan dengan anak yang orang tuanya tidak berkaca mata.

B. Pola Makan Ibu Hamil
Pola makan ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi janin. Kekurangan vitamin A dan C semasa dalam kandungan dapat mengganggu pembentukkan organ mata. Untuk ibu hamil sebainya kebutuhan vitamin A dan C tercukupi dengan baik.

C. Pola Kebiasaan Anak
Pola kebiasaan anak yaitu seperti kebiasaan melihat screen (televisi, komputer, bermain play station dll), serta membaca dan menulis.



- Kebiasaan Menonton TV
Terlalu lama menonton TV apalagi dengan jarak yang terlalu dekat dapat merusak mata anak.. Dengan melihat terlalu dekat, anak harus melihat dengan akomodasi kuat. Artinya, ada upaya mata untuk menyesuaikan diri terhadap stres. Alhasil, saat melihat jauh, fokus akan jatuh di depan retina, sehingga membutuhkan kacamata minus untuk melihat jauh. Biasakan anak – anak agar menonton TV tidak terlalu dekat ukuran aman untuk melihat TV adalah 6 x diagonal televisi.
- Kebiasaan Membaca dan Menulis
Ketika anak membaca terkadang dengan posisi tiduran atau bila duduk dengan posisi menunduk sangat dekat sehingga seolah – olah mata menempel pada buku.














Biasakan anak – anak agar membaca dan menulis dengan posisi duduk yang baik yaitu duduk dengan tegap tidak miring, tidak membungkuk dan tidak melengkung ke belakang. Biasakan jarak baca dan tulis adalah sekitar 30 cm antara mata dengan buku.

D. Terjadi Kecelakaan
Anak – anak sangat suka bermain panah – panahan, lempar barang dan berbagai aktivitas fisik lainnya. Aktivitas fisik ini terkadang bisa membahayakan penglihatan anak, misalnya seperti bermain panah – panahan dengan lidi. Bila lidi mengenai mata anak tentu hal ini sangat berbahaya sekali.




KALAU MATA ANAK SUDAH MINUS

Tanda – tanda mata minus pada anak dapat kita lihat dari perilakunya seperti berikut ini :

- Membaca dan menonton TV terlalu dekat. Bila anak menonton TV dari jarak agak jauh tidak jelas, sehingga harus mendekat.

- Memicingkan matanya.
Memicingkan mata saat melihat jauh merupakan tanda yang signifikan adanya gangguan pada mata si kecil. Memicingkan mata dilakukan untuk mengurangi paparan cahaya yang mengenai mata, sehingga diharapkan objek akan terlihat dengan lebih jelas. Biasanya dilakukan pada keadaan silau dan pada objek-objek yang jauh. Jika si kecil melakukannya pada objek-objek yang relatif tidak perlu memicingkan mata, curigai bahwa ada gangguan pada jarak pandangnya.

- Menutup sebelah matanya.
Dengan menutup sebelah mata, anak akan menemukan bahwa salah satu matanya bisa
melihat dengan lebih jelas ketimbang mata yang satunya. Saat melihat objek jauh, ia akan mengandalkan mata yang sehat tersebut dengan cara menutup matanya yang terganggu. Jika

- Prestasi belajar menurun.
Bila penglihatan anak buruk maka dapat dipastikan bahwa anak kurang dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Penglihatan yang buruk akan sangat menggangu aktivitas membaca dan menulis

- Mengeluh pusing dan sakit kepala. Apa yang terjadi jika salah satu mata bisa memandang dengan jelas, sedangkan mata yang satu lagi tidak? Keluhan yang paling umum terjadi adalah pusing, dengan/tanpa sakit kepala. Keluhan ini bukan semata-mata disebabkan oleh beban pelajaran sekolah yang berat, tapi lebih dari itu mungkin disebabkan gangguan pada matanya.

- Mata sering berkedip, perih, dan berair. Anak akan lebih sering mengedipkan matanya untuk menyingkirkan rasa berkabut di matanya. Kebiasaan ini jika berlanjut maka ia akan merasa matanya perih dan berair jika tidak berkedip. Kedipan ini akan mengurangi frekuensi memicingkan mata.

Bila mata anak sudah minus sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk dipilihkan kacamata yang sesuai untuk membantu penglihatannya. Semakin cepat ia memakai kacamata semakin lambat pertambahan minusnya. Namun, bila minusnya hanya setengah dan ia tak mengeluh pusing tidak memakai kacamata tidak apa-apa.

SIAPKAN MENTAL ANAK UNTUK MEMAKAI KACAMATA
Masa anak – anak adalah usia dimana tahap perkembangan fisik sangat pesat. Mereka biasanya sangat senang dengan aktivitas tinggi seperti bermain kejar – kejaran. Kacamata pada anak cenderung akan membatasi gerak-geriknya sehingga anak sebaiknya dipersipkan bila harus memakai kaca mata.
Berikan penjelasan mengapa ia harus menggunakan kaca mata, misalnya ada kelainan bola mata, agar dapat melihat lebih jelas dan mengikuti pelajaran di sekolah. Ajarkan anak untuk percaya diri, bahwa berkacamata bukanlah cacat, hal ini dimaksudkan agar anak tidak minder ketika bertemu dengan teman – temannya.



Referensi
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/46028/Penyebab-si-Kecil-Berkacamata
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/01/20/195/416226/kecil-kecil-kok-sudah-berkacamata
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/18/11072762/Jika.Anak.Balita.Harus.Berkacamata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar